CARI

email

email: indradwicahyono@yahoo.com

Senin, 29 Agustus 2016

RISET RIKHUS VEKTORA

By. Nur Ali Masud, ST, MPH

Tulisan ini mungkin hanya sekedarnya saja dan tidak sistematis. Harap dimaklumi, saya menulis ini dengan android satu-satunya yang jadul dan disela waktu sedikit senggang.Tiada maksud lain selain untuk berbagi pengalaman. Ini berawal dari ajakan teman untuk ikut seleksi rekrutmen Rikhus Vektora yang diselenggarakan oleh BBVRP Salatiga. Mungkin bagi yang belum tahu terdengar asing, begitu juga dengan saya, juga bagi sebagian teman sanitarian, apa itu Rikhus Vektora dan apa BBVRP ?

Rikhus Vektora adalah singkatan dari Riset Khusus Vektor dan Reservoir, sedangkan BBVRP adalah singkatan Balai Besar Vektor dan Reservoir Penyakit. Balai tersebut merupakan Unit Pelaksana Teknis dari Badan Penelitian Kesehatan Kementerian Kesehatan RI  yang beralamat di Jl. Hasanudin No. 123 Mangunsari Sidomukti, Salatiga Provinsi Jawa Tengah.


Pada saat pendaftaran hari terakhir (kira-kira bulan Oktober 2015) saya sedang ada tugas di Makassar. Akhirnya atas ajakan teman, saya ikut mendaftar via Pemukiman dan alhamdulillah bulan Januari 2016 kami dapat panggilan untuk mengikuti tes tulis dan wawancara. Bulan Maret 2016 dapat email diterima sebagai petugas pengumpul data riset di wilayah Provinsi Banten, saya memilih bagian reservoir. Sebelum melakukan pengumpulan data di lokasi yang sudah ditentukan, terlebih dulu wajib mengikuti Training Center selama 15 hari.

Tujuan riset ini adalah :
1. Tujuan Umum
Melakukan pemutakhiran data vektor dan reservoir penyakit secara nasional sebagai dasar pengendalian penyakit tular vektor dan reservoir penyakit (baik jenis penyakit infeksi baru maupun yang muncul kembali) di Indonesia.
    
2. Tujuan Khusus
a. Inkriminasi (penentuan vektor) dan konfirmasi spesies vektor dan    reservoir penyakit.
b. Memperoleh peta sebaran vektor dan reservoir penyakit.
c. Mencari kemungkinan munculnya vektor dan reservoir penyakit baru/belum terlaporkan yang berasal dari hasil koleksi sampel nyamuk, tikus dan kelelawar.
d. Mencari kemungkinan munculnya patogen penyakit tular vektor dan reservoir penyakit baru/belum terlaporkan.
e. Mengembangkan spesimen koleksi referensi vektor dan reservoir penyakit.
f. Memperoleh data sekunder penanggulangan penyakit tular vektor dan reservoir berbasis ekosistem.

Riset di tahun 2016 ini dilakukan di 13 Propinsi yaitu Propinsi  Aceh, Sumatera Barat, Lampung, Babel, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Maluku,  Maluku Utara, NTB, dan NTT.  Masing-masing Propinsi dipilih 3 (tiga) kabupaten. Di Propinsi Banten ada tiga kabupaten terpilih yaitu Kabupaten Pandeglang, Serang dan Lebak.  Saya terpilih di Kabupaten  Lebak (wilayah selatan Kota Serang).

Tugas-tugas sebagai pengumpul data Rikhus Vektora kita ketahui pada saat mengikuti TC dan praktik lapangan. Singkatnya diberi tugas menangkap tikus dan kelelawar serta melakukan identifikasi.
Ada 6 (enam) ekosistem yang sudah ditentukan yaitu :
1. Hutan Dekat Pemukiman (HDP)
2. Hutan Jauh Pemukiman (HJP)
3. Non Hutan Dekat Pemukiman (NHDP)
4. Non Hutan Jauh Pemukiman (NHJP)
5. Pantai Dekat Pemukiman (PDP)
6. Pantai Jauh Pemukiman (PJP)

Lokasi yang menjadi sasaran pertama adalah kategori Hutan Dekat Pemukiman yang berada di Dusun Cilutung Desa Sukanegara Kecamatan Gunung Kencana. Jarak dari Kabupaten Lebak kira-kira 42 km dan pada ketinggian 210 dpl.  Mendengar namanya saja sudah bisa dibayangkan seperti apa kondisi daerahnya. Kepadatan penduduknya hanya 3,14/ km.  Memang betul daerah tersebut berada di lereng pegunungan dengan kondisi jalan naik turun berkelok. Perjalanan dari Serang memakan waktu kira-kira 2,5 jam. Banyak sekali peralatan laboratorium lapangan dan peralatan lapangan lainnya yang harus dibawa. Waktu diangkut dengan truk, semua alat hampir memenuhi bak truk tersebut.

Ketika sampai di lokasi rumah yang sudah dipesan oleh tim Dinkes Kabupaten, semua barang diturunkan dari truk. Rasa lelah dan penat seakan hilang begitu merasakan air yang sangat dingin dan segar. Semua tim beristirahat karena hari pertama masih belum ada kegiatan khusus.

Ada satu kejadian yang seakan menjadi selingan cerita dalam riset kami kali ini. Entah karena lelah yang amat sangat, atau ada sesuatu hal yang saya sendiri sulit memahaminya, dari 8 orang dalam tim hanya saya yang tidak bisa tidur. Selang waktu kurang lebih 1 jam, saya mendengar salah satu anggota tim berteriak : “Allahumma shalli alaa Muhammad ... “ dengan keras beberapa kali. Kebetulan tidak jauh dari tempat saya berbaring. Teman yang lain otomatis terbangun mendengar teriakan teman tadi. Akhirnya kami bangunkan bareng-bareng. Tangannya susah diregangkan, kuat sekali, dan badannyapun berkeringat.. Setelah dia terbangun, dengan tersengal-sengal bercerita kalau dia baru saja dipegangi empat orang tinggi besar. Semua teman merasa merinding, padahal ini terjadi di siang hari kira-kira jam 15.00 WIB.

Sebetulnya waktu pertamakali masuk ke rumah itu perasaan saya sedikit tidak enak. Tidak berapa lama setelah kita masuk listrik tiba-tiba padam. Aneh .....,  hanya di rumah itu yang padam. Sementara teman yang lain istirahat, saya coba mencari informasi tentang rumah tersebut. Wow ....... ternyata rumah itu sudah lama nggak ditempati......., sudah enam tahun. Akhirnya kami berembuk untuk cari sewaan rumah yang lain.

Kegiatan hari pertama tentunya "kulonuwun" atau permisi ke pihak aparat desa setempat untuk menyampaikan maksud dan tujuan,  kemudian menyiapkan semua alat dan bahan untuk kegiatan di lapangan dan di laboratorium. 

Hari kedua, melakukan survey lokasi untuk rencana pemasangan  perangkap tikus. Hasil survey dibagi dalam tiga habitat, yaitu hutan, sekitar aliran sungai dan pemukiman. Kemudian menyiapkan perangkap tikus, mulai dari membuka lipatan, merangkai kembali, mencuci perangkap sampai memasang kelapa bakar sebagai umpan.
Pemasangan perangkap tikus di hutan

Sebanyak 100 perangkap sudah siap, 50 dipasang di 25 rumah dan 50 di luar rumah. Semua perangkap dilakukan penitikan koordinat dengan GPS, dan semua habitat dilakukan pengukuran suhu, kelembaban, pH tanah dan salinitas air.
Persiapan prosesing tikus

Setelah makan malam semua tim menyiapkan segala sesuatu untuk kegiatan esok hari, mulai dari peralatan laboratorium lapangan, pengisian form, dan lain-lain.
Jam 06.00 WIB (di sini masih gelap) mengambil perangkap tikus yang ada tikusnya, yang kosong dibiarkan untuk diambil esok hari. Semua tikus yang tertangkap dilakukan prosesing di laboratorium lapangan, yaitu :
1. Ditimbang beratnya
2. Dilakukan anestesi
3. Diambil darahnya (dibuat serum)
4. Dicari ekstoparasitnya (kutu atau pinjal)
5. Diukur morfometri ( panjang total, panjang kaki, panjang tengkorak, panjang telinga, dan panjang ekor) dan diberi label.
6. Dilakukan identifikasi jenisnya
7. Difoto tampak depan (ventral), belakang (dorsal), samping (lateral) dan ekor
8. Diambil jaringan telinganya.
9. Dibedahuntukdiambilginjal(kanankiri)danparunya.
10.Diawetkan dengan formalin
Prosesing tikus


Sore hari melakukan pengecekan perangkap dan penggantian umpan yang sudah tidak layak ataupun memindah perangkap. Semua perangkap dilakukan penitikan dengan GPS. 
Setelah itu melakukan survey lokasi untuk rencana pemasangan jaring kelelawar (misnet). Lokasinya lumayan jauh, naik turun dalam hutan yang lumayan lebat. Pemasangan perangkap tikus dan misnet membutuhkan kejelian dimana tempat bersarang tikus dan jalur kelelawar. Malam hari melakukan pengisian form-form yang lumayan banyak. Tak terasa waktu sudah larut malam (jam 00.00) dan baru bisa istirahat (tidur).
Pemasangan jaring misnet

Hari ketiga, jam 06.00 kembali mengambil semua perangkap tikus untuk dibawa ke base camp. Kemudian dilakukan prosesing seperti hari kedua sampai selesai. Sore hari, semua tim melakukan pemasangan jaring misnet sebanyak enam buah ( kira-kira sampai adzan maghrib). Pengecekan jaring misnet dilakukan sebanyak 5 kali (jam 19.00, 20.00, 21.00 dan 22.00 dan 06.00 ). Pada pengambilan yang keempat selesai kira-kira jam 23.00 dan langsung dilakukan prosesing. Terasa lelah setelah seharian bolak-balik ke hutan. Namun prosesing harus tetap dilakukan. Prosesing kelelawar  agak berbeda dengan tikus, yaitu :
1. Ditimbang beratnya
2. Dilakukan anestesi
3. Diambil darahnya (dibuat serum)
4. Diukur morfometri ( panjang total, panjang kaki, panjang sayap, panjang tragus (dalam telingan), panjang telinga, dan panjang ekor) dan diberi label.
5. Dilakukan identifikasi jenisnya, jenis kelamin dan umurnya.
6. Difoto tampak depan (ventral), belakang (dorsal), muka samping, dan muka depan.
7. Diambil ektoparasitnya (kutu, pinjal) dan diberi label
8. Dilswab tenggorokannya
9. Diambil jaringan sayapnya
10.Diawetkan dengan formalin.
Persiapan prosesing kelelawar

Tak terasa waktu sudah jam 01.00. Rasa lelah dan kantuk menjadi satu dan akhirnya kami semua tidur di tempat yang seadanya dengan sleeping bag.

Hari keempat kami semua bangun kesiangan. Jam 06.00 berangkat lagi untuk mengambil semua jaring misnet. Hasil tangkapan kelelawar kembali dilakukan prosesing seperti kemarin. Alhamdulillah target 25 tikus dan 30 kelelawar terpenuhi. Jika tidak terpenuhi, pada lokasi selanjutnya harus dipenuhi. Kalau lebih tetap tidak masuk hitungan untuk lokasi selanjutnya.
Prosesing kelelawar

Pada sore dan malam hari melakukan pengisian form dan entry data, sebagian yang lain melakukan packing alat-alat untuk persiapan pindah lokasi esok hari yang lumayan jauh, yaitu di ekosistem non hutan dekat pemukiman. Ekosistem tersebut berada di Dusun Cipicung Desa Nangerang Kecamatan Cirinten
Pengawetan kelelawar



Pindah lokasi






Demikian kegiatan ini akan berulang di beberapa ekosistem yang sudah ditentukan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar