CARI

email

email: indradwicahyono@yahoo.com

Kamis, 09 Agustus 2012

Study EHRA

Kali ini kita akan sekilas membahas tentang study EHRA yang ada di Kabupaten Bondowoso, dimana untuk Part 1 akan diuraikan tentang apa itu EHRA

Part 1  : EHRA
Sebagai rangkaian penyusunan Buku Putih bagi kabupaten/kota peserta program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP), di lakukan suatu Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
EHRA adalah sebuah survei partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk mengetahui kondisi sarana dan prasarana sanitasi, kesehatan/higinitas, serta perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi dan advokasi di tingkat kota hingga kelurahan.
Studi ini untuk melengkapi/menyempurnakan data primer tentang sanitasi dan higinitas di tingkat kelurahan yang dianggap tidak memadai. Tujuannya mendapatkan gambaran jelas tentang sarana dan prasarana sanitasi dan perilaku masyarakat yang berisiko terhadap kesehatan tingkat kota berdasarkan data primer.


Studi EHRA di antaranya untuk mengetahui:
1. Sumber air (minum, cuci, mandi, kelangkaan air)
2. Perilaku cuci tangan pakai sabun
3. Pembuangan sampah (cara utama, frekuensi pengangkutan, pemilahan)
4. Jamban dan perilaku buang air besar (BAB); Pembuangan kotoran anak
5. Kondisi jalan dan drainase serta pengalaman banjir

Metode EHRA mencakup kegiatan seperti:
pengumpulan data, sampling, dan analisis. Data dikumpulkan dengan wawancara dan pengamatan/observasi. Sedangkan respondennya adalah ibu (perempuan menikah atau janda) berusia antara 18 – 60 tahun. Pemilihan ibu berdasarkan urutan/tabel prioritas sebagai berikut: (1) kepala rumah tangga (orang tua tunggal/janda); (2) istri kepala rumah tangga, (3) anak rumah tangga, dan (4) adik/kakak kepala rumah tangga.
Di tingkat kota/kabupaten, data primer yang dikumpulkan riset EHRA dimanfaatkan sebagai salah satu bahan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota. Selain untuk merencanakan program pengembangan sanitasi di kota, data EHRA pun dimanfaatkan sebagai tolak ukur  keberhasilan program sanitasi di tingkat kota.

MENGAPA EHRA PERLU DILAKUKAN?
• Untuk melengkapi/menyempurnakan data primer tentang sanitasi dan higinitas di tingkat
kelurahan yang dianggap tidak memadai.
• Untuk mengangkat isu sanitasi dan higinitas di tingkat kelurahan supaya mendapatkan
perhatian yang selayaknya. Selama ini isu sanitasi dan higinitas dianggap kurang
penting seperti tertangkap pada proses Musrenbang.
• Untuk meningkatkan pengetahuan dan memperluas cakrawala Pokja/masyarakat
tentang isu sanitasi dan higinitas. Ini akan menambah “amunisi” untuk proses advokasi
isu sanitasi dan higinitas bagi semua stakeholder.
• Untuk membuka lebar-lebar ruang dialog tentang isu-isu sanitasi dan higinitas di antara
semua stakeholder, termasuk masyarakat dan pengambil keputusan.

APA TUJUAN DAN MANFAAT EHRA?
Tujuan
Mendapatkan gambaran jelas tentang sarana dan prasarana sanitasi dan perilaku
masyarakat yang berisiko terhadap kesehatan tingkat kota berdasarkan data primer.

Manfaat
Hasil survai digunakan sebagai salah satu bahan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota
dan Strategi Sanitasi Kota (SSK)

APA SAJA PRINSIP-PRINSIP EHRA?
• Partisipatif (melibatkan masyarakat), tetapi harus tetap kredibel di mata pengambil
keputusan.
– Survei kuantitatif yang ketat

• Kolaboratif (bekerja sama)
– Anggota Pokja
– Kader di masyarakat, dan
– Konsultan

• Sadar jender, yaitu membuka ruang partisipasi seluas-luasnya bagi kaum
perempuan.

• Mengambil pelajaran dari survai sebagai bahan advokasi.

APA SAJA YANG DITANYAKAN DAN DILIHAT MELALUI EHRA?
1. Sumber air (minum, cuci, mandi, kelangkaan air)
2. Perilaku cuci tangan pakai sabun
3. Pembuangan sampah (cara utama, frekuensi pengangkutan, pemilahan)
4. Jamban dan perilaku buang air besar (BAB); Pembuangan kotoran anak
5. Kondisi jalan dan drainase serta pengalaman banjir

BAGAIMANA METODOLOGI EHRA?
Pada dasarnya metoda EHRA mencakup kegiatan seperti: pengumpulan data, sampling,
dan analisis.

Bagaimana pengumpulan data dilakukan?
• Ada dua metode pengumpulan data yang dilakukan:
– Wawancara/interview
– Pengamatan/observasi
• Dapat diselesaikan 30 - 40 menit per rumah tangga
Unit of respondent adalah ibu (perempuan menikah atau janda) berusia antara 18 – 60
tahun. Pemilihan ibu berdasarkan urutan/tabel prioritas sebagai berikut: (1) kepala
rumah tangga (orang tua tunggal/janda); (2) istri kepala rumah tangga, (3) anak rumah
tangga, dan (4) adik/kakak kepala rumah tangga.
• Ibu diasumsikan lebih mengetahui kondisi rumah
• Jumlah enumerator adalah 2 orang per kelurahan

Bagaimana sampling dilakukan?
• Dilakukan secara acak/random bertahap dan sistematis
• Satuan sampling primer (primary sampling unit) adalah Rukun Tetangga (RT)
• Pemilihan rumah di RT terpilih dilakukan dengan cara
– Random sistematis: berdasarkan angka loncatan mulai dari angka acak tertentu
(bila daftar rumah tangga tersedia/ rumah ditata rapih)
• Responden adalah Ibu yang dipilih berdasarkan tabel prioritas. Urutuan prioritas adalah
– Status (kepala keluarga, istri, anak, adik/kakak kepala rumah tangga) adalah responden utama
– Usia adalah responden tambahan bila ada beberapa orang

Sampling: kota besar & sedang
• Satuan sampling primer (primary sampling unit) adalah Rukun Tetangga (RT)
• Mencakup semua kelurahan dengan jumlah RT diambil secara disproposional
– 8 RT per kelurahan
– 40 rumat tangga per kelurahan
– Setiap RT diambil 5 rumah

Quality Control (QC)
• Survai - Spot check 5% dari total diambil acak menggunakan kuesioner khusus.
Data entry - Entry check sebesar 5% dari total kuesioner yang diproses.

Peran
• Koordinator kegiatan : Pokja
• Ketua pelaksana : Pokja
• Koordinator survai : Pokja
• Koordinator data entri : Pokja
• Supervisor lapangan : PLKB
• Enumerator : Kader
• Data entri tim : Mahasiswa
• Fasilitator pelatihan : Tim ISSDP
• Kompilasi data : Tim ISSDP

Untuk survai, langkah-langkah apa sajakah yang harus ditempuh?
• Pelatihan tenaga enumerator survai (pelatihan kader) – 2 hari
– Peserta: enumerator/kader kelurahan yang disurvai, supervisor, Tim Pokjasan
– Pada hari II pelatihan dilakukan tryout kuesioner di kelurahan terdekat
– Untuk kota besar disarankan dilakukan dalam 2 angkatan atau dua kelas paralel
• Pelaksanaan Survai
– Oleh kader di masing-masing kelurahan (3 – 5 hari), 2 orang per kelurahan
– Supervisor memonitor pelaksanaan survai
– Supervisor melakukan spot check
Check kuesioner dan cleaning data oleh supervisor
• Pelatihan dan pelaksanaan data entry oleh petugas data entry (sekitar 1 minggu)
– Tersedia lab komputer. Minimal ruang dengan 6-10 komputer untuk pelatihan
– Pelatihan data entry (Program SPSS): sekitar 4 jam
• Pengolahan data (oleh Tim ISSDP Jakarta)
• Presentasi umpan balik:
– Peserta: Pokjasan, enumerator (minimal perwakilan), Dinas terkait, Tim ISSDP
• Penulisan laporan Studi EHRA

Bagaimana mengorganisasi survai?
• Koordinator Survai adalah Pokja
– Bertanggungjawab atas kelancaran pelaksanaan survai
– Pemberitahuan/ijin ke kelurahan yang disurvai
• Koordinator Wilayah/Kecamatan adalah Pokja
– Jumlah Koordinator disesuaikan dengan kebutuhan
• Supervisor
– Alternatif: Tenaga Puskesmas, mahasiswa, pegawai honorer
– Lincah/energik, memiliki dan bisa mengendarai sepeda motor
– Relatif mengenal wilayah yang akan disupervisi
– Diperlukan seorang Koordinator Supervisor
– Satu orang supervisor bertanggungjawab antara 5 – 6 kelurahan
• Enumerator
– Kader kelurahan (kader PKK/Dawis/Posyandu) direkomendasikan, 2 (dua) orang
per kelurahan
– Diutamakan perempuan, sehat jasmani rohani, dan lebih baik bila bisa
mengendarai sepeda motor
• Tenaga Data Entry
– Staf Bapeda/Dinas lain atau mahasiswa
– Diutamakan yang memiliki komputer untuk dapat mengerjakan data entry di
rumah
– Satu petugas data entry mengerjakan 8 – 10 kelurahan
– Diperlukan koordinator data entry
• Tenaga Pendukung/Administrasi
– Staf Bapeda/POKJA dibantu Tim ISSDP Kota/Provinsi
– Mengorganisir pelatihan
– Pengadaan logistik survai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar