By. Nur Ali Masud, ST, MPH
Tulisan ini mungkin hanya sekedarnya saja dan tidak sistematis. Harap
dimaklumi, saya menulis ini dengan android satu-satunya yang jadul dan disela
waktu sedikit senggang.Tiada maksud lain selain untuk berbagi pengalaman. Ini
berawal dari ajakan teman untuk ikut seleksi rekrutmen Rikhus Vektora yang
diselenggarakan oleh BBVRP Salatiga. Mungkin bagi yang belum tahu terdengar
asing, begitu juga dengan saya, juga bagi sebagian teman sanitarian, apa itu
Rikhus Vektora dan apa BBVRP ?
Rikhus Vektora adalah singkatan dari Riset Khusus Vektor dan Reservoir,
sedangkan BBVRP adalah singkatan Balai Besar Vektor dan Reservoir Penyakit.
Balai tersebut merupakan Unit Pelaksana Teknis dari Badan Penelitian Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI yang beralamat di Jl. Hasanudin No. 123
Mangunsari Sidomukti, Salatiga Provinsi Jawa Tengah.
Pada saat pendaftaran hari terakhir (kira-kira bulan Oktober 2015) saya
sedang ada tugas di Makassar. Akhirnya atas ajakan teman, saya ikut mendaftar
via Pemukiman dan alhamdulillah bulan Januari 2016 kami dapat panggilan untuk
mengikuti tes tulis dan wawancara. Bulan Maret 2016 dapat email diterima
sebagai petugas pengumpul data riset di wilayah Provinsi Banten, saya memilih
bagian reservoir. Sebelum melakukan pengumpulan data di lokasi yang sudah
ditentukan, terlebih dulu wajib mengikuti Training Center selama 15 hari.
Tujuan riset ini adalah :
1. Tujuan Umum
Melakukan pemutakhiran data vektor dan reservoir penyakit secara nasional
sebagai dasar pengendalian penyakit tular vektor dan reservoir penyakit (baik
jenis penyakit infeksi baru maupun yang muncul kembali) di Indonesia.
2. Tujuan Khusus
a. Inkriminasi (penentuan vektor) dan konfirmasi spesies vektor dan reservoir penyakit.
b. Memperoleh peta sebaran vektor dan reservoir penyakit.
c. Mencari kemungkinan munculnya vektor dan reservoir penyakit
baru/belum terlaporkan yang berasal dari hasil koleksi sampel nyamuk, tikus dan
kelelawar.
d. Mencari kemungkinan munculnya patogen penyakit tular vektor dan
reservoir penyakit baru/belum terlaporkan.
e. Mengembangkan spesimen koleksi referensi vektor dan reservoir
penyakit.
f. Memperoleh data sekunder penanggulangan penyakit tular vektor dan
reservoir berbasis ekosistem.
Riset di tahun 2016 ini dilakukan di 13 Propinsi yaitu Propinsi Aceh,
Sumatera Barat, Lampung, Babel, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan
Barat, Kalimantan Selatan, Maluku, Maluku Utara, NTB, dan NTT.
Masing-masing Propinsi dipilih 3 (tiga) kabupaten. Di Propinsi Banten ada tiga
kabupaten terpilih yaitu Kabupaten Pandeglang, Serang dan Lebak. Saya
terpilih di Kabupaten Lebak (wilayah selatan Kota Serang).
Tugas-tugas sebagai pengumpul data Rikhus Vektora kita ketahui pada saat
mengikuti TC dan praktik lapangan. Singkatnya diberi tugas menangkap tikus
dan kelelawar serta melakukan identifikasi.
Ada 6 (enam) ekosistem yang sudah ditentukan yaitu :
1. Hutan Dekat Pemukiman (HDP)
2. Hutan Jauh Pemukiman (HJP)
3. Non Hutan Dekat Pemukiman (NHDP)
4. Non Hutan Jauh Pemukiman (NHJP)
5. Pantai Dekat Pemukiman (PDP)
6. Pantai Jauh Pemukiman (PJP)
Lokasi yang menjadi sasaran pertama adalah kategori Hutan Dekat Pemukiman
yang berada di Dusun Cilutung Desa Sukanegara Kecamatan Gunung Kencana. Jarak
dari Kabupaten Lebak kira-kira 42 km dan pada ketinggian 210 dpl.
Mendengar namanya saja sudah bisa dibayangkan seperti apa kondisi daerahnya.
Kepadatan penduduknya hanya 3,14/ km. Memang betul daerah tersebut berada
di lereng pegunungan dengan kondisi jalan naik turun berkelok. Perjalanan dari
Serang memakan waktu kira-kira 2,5 jam. Banyak sekali peralatan laboratorium
lapangan dan peralatan lapangan lainnya yang harus dibawa. Waktu diangkut
dengan truk, semua alat hampir memenuhi bak truk tersebut.
Ketika sampai di lokasi rumah yang sudah dipesan oleh tim Dinkes Kabupaten,
semua barang diturunkan dari truk. Rasa lelah dan penat seakan hilang begitu
merasakan air yang sangat dingin dan segar. Semua tim beristirahat karena hari
pertama masih belum ada kegiatan khusus.
Ada satu kejadian yang seakan menjadi selingan cerita dalam riset kami kali
ini. Entah karena lelah yang amat sangat, atau ada sesuatu hal yang saya
sendiri sulit memahaminya, dari 8 orang dalam tim hanya saya yang tidak bisa
tidur. Selang waktu kurang lebih 1 jam, saya mendengar salah satu anggota tim
berteriak : “Allahumma shalli alaa Muhammad ... “ dengan keras beberapa kali.
Kebetulan tidak jauh dari tempat saya berbaring. Teman yang lain otomatis
terbangun mendengar teriakan teman tadi. Akhirnya kami bangunkan bareng-bareng.
Tangannya susah diregangkan, kuat sekali, dan badannyapun berkeringat.. Setelah
dia terbangun, dengan tersengal-sengal bercerita kalau dia baru saja dipegangi
empat orang tinggi besar. Semua teman merasa merinding, padahal ini terjadi di
siang hari kira-kira jam 15.00 WIB.
Sebetulnya waktu pertamakali masuk ke rumah itu perasaan saya sedikit tidak
enak. Tidak berapa lama setelah kita masuk listrik tiba-tiba padam. Aneh
....., hanya di rumah itu yang padam. Sementara teman yang lain
istirahat, saya coba mencari informasi tentang rumah tersebut. Wow ....... ternyata
rumah itu sudah lama nggak ditempati......., sudah enam tahun. Akhirnya kami
berembuk untuk cari sewaan rumah yang lain.
Kegiatan hari pertama tentunya "kulonuwun" atau permisi ke pihak
aparat desa setempat untuk menyampaikan maksud dan tujuan, kemudian menyiapkan
semua alat dan bahan untuk kegiatan di lapangan dan di laboratorium.
Hari kedua, melakukan survey lokasi untuk rencana pemasangan
perangkap tikus. Hasil survey dibagi dalam tiga habitat, yaitu hutan, sekitar
aliran sungai dan pemukiman. Kemudian menyiapkan perangkap tikus, mulai dari
membuka lipatan, merangkai kembali, mencuci perangkap sampai memasang kelapa
bakar sebagai umpan.
Pemasangan perangkap tikus di hutan
Sebanyak 100 perangkap sudah siap, 50 dipasang di 25 rumah dan 50 di luar rumah.
Semua perangkap dilakukan penitikan koordinat dengan GPS, dan semua habitat
dilakukan pengukuran suhu, kelembaban, pH tanah dan salinitas air.
Persiapan prosesing tikus
Setelah makan malam
semua tim menyiapkan segala sesuatu untuk kegiatan esok hari, mulai dari
peralatan laboratorium lapangan, pengisian form, dan lain-lain.
Jam 06.00 WIB (di sini masih gelap) mengambil perangkap tikus yang ada
tikusnya, yang kosong dibiarkan untuk diambil esok hari. Semua tikus yang
tertangkap dilakukan prosesing di laboratorium lapangan, yaitu :
1. Ditimbang beratnya
2. Dilakukan anestesi
3. Diambil darahnya (dibuat serum)
4. Dicari ekstoparasitnya (kutu atau pinjal)
5. Diukur morfometri ( panjang total, panjang kaki, panjang tengkorak,
panjang telinga, dan panjang ekor) dan diberi label.
6. Dilakukan identifikasi jenisnya
7. Difoto tampak depan (ventral), belakang (dorsal), samping (lateral)
dan ekor
8. Diambil jaringan telinganya.
9. Dibedahuntukdiambilginjal(kanankiri)danparunya.
10.Diawetkan dengan formalin
Prosesing tikus
Sore hari melakukan pengecekan perangkap dan penggantian umpan yang sudah
tidak layak ataupun memindah perangkap. Semua perangkap dilakukan penitikan
dengan GPS.
Setelah itu melakukan survey lokasi untuk rencana pemasangan jaring
kelelawar (misnet). Lokasinya lumayan jauh, naik turun dalam hutan yang lumayan
lebat. Pemasangan perangkap tikus dan misnet membutuhkan kejelian dimana tempat
bersarang tikus dan jalur kelelawar. Malam hari melakukan pengisian form-form
yang lumayan banyak. Tak terasa waktu sudah larut malam (jam 00.00) dan baru
bisa istirahat (tidur).
Pemasangan jaring misnet
Hari ketiga, jam 06.00 kembali mengambil semua perangkap tikus untuk dibawa
ke base camp. Kemudian dilakukan prosesing seperti hari kedua sampai selesai.
Sore hari, semua tim melakukan pemasangan jaring misnet sebanyak enam buah (
kira-kira sampai adzan maghrib). Pengecekan jaring misnet dilakukan sebanyak 5
kali (jam 19.00, 20.00, 21.00 dan 22.00 dan 06.00 ). Pada pengambilan yang
keempat selesai kira-kira jam 23.00 dan langsung dilakukan prosesing. Terasa
lelah setelah seharian bolak-balik ke hutan. Namun prosesing harus tetap
dilakukan. Prosesing kelelawar agak berbeda dengan tikus, yaitu :
1. Ditimbang beratnya
2. Dilakukan anestesi
3. Diambil darahnya (dibuat serum)
4. Diukur morfometri ( panjang total, panjang kaki, panjang sayap,
panjang tragus (dalam telingan), panjang telinga, dan panjang ekor) dan diberi
label.
5. Dilakukan identifikasi jenisnya, jenis kelamin dan umurnya.
6. Difoto tampak depan (ventral), belakang (dorsal), muka samping, dan
muka depan.
7. Diambil ektoparasitnya (kutu, pinjal) dan diberi label
8. Dilswab tenggorokannya
9. Diambil jaringan sayapnya
10.Diawetkan dengan formalin.
Persiapan prosesing kelelawar
Tak terasa waktu sudah jam 01.00. Rasa lelah dan kantuk menjadi satu dan
akhirnya kami semua tidur di tempat yang seadanya dengan sleeping bag.
Hari keempat kami semua bangun kesiangan. Jam 06.00 berangkat lagi untuk
mengambil semua jaring misnet. Hasil tangkapan kelelawar kembali dilakukan
prosesing seperti kemarin. Alhamdulillah target 25 tikus dan 30 kelelawar
terpenuhi. Jika tidak terpenuhi, pada lokasi selanjutnya harus dipenuhi. Kalau
lebih tetap tidak masuk hitungan untuk lokasi selanjutnya.
Prosesing kelelawar
Pada sore dan malam hari melakukan pengisian form dan entry data, sebagian
yang lain melakukan packing alat-alat untuk persiapan pindah lokasi esok hari
yang lumayan jauh, yaitu di ekosistem non hutan dekat pemukiman. Ekosistem
tersebut berada di Dusun Cipicung Desa Nangerang Kecamatan Cirinten
Pengawetan kelelawar
Pindah lokasi
Demikian kegiatan ini akan berulang di beberapa ekosistem yang sudah
ditentukan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar